Kedaulatan Rakyat 4 Februari 2008
Sebuah objek wisata (obwis) baru bakal muncul di Sleman. Embung Kemiri di Desa Purwobinangun Pakem saat ini terus berbenah untuk bisa menjadi objek wisata yang menawarkan perkemahan, wisata air dan wisata pendidikan.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman (Disbudpar) Sleman Drs Dwi Supriyatno MS, agar bisa menjadi objek wisata handal, Embung Kemiri masih butuh banyak sentuhan. "Kalau dilikat dari lokasi dan potensi, embung ini memang sangat potensial dijadikan objek wisata baru. Namun beberapa pembenahan tetap dibutuhkan agar bisa dijual," ujarnya pada KR, Sabtu (2/2).
Lurah Desa Purwobinangun Suharno menuturkan, sebagai kawasan resapan air hujan dan kawasan penyedia air bagi kawasan di bawah, untuk jangka dekat tidak bisa hanya mengandalkan upaya reboisasi hutan dan kawasan yang gundul. Dengan demikian diperlukan upaya lain yang dapat menunjang fungsi kawasan. "Atas seizin Gubernur DIY melalui Bupati Sleman, pemerintah desa Purwobinangun menyediakan lahan kurang lebih 1 hektar untuk dibangun embung. Pembangunan Embung Kemiri telah dimulai sejak tahun anggaran 2006 oleh pemerintah dengan lokasi di Ledhok Tangkil. Dana yang telah dikucurkan sekitar Rp 2,7 miliar," ujarnya.
Embung Kemiri tersebut, nantinya berfungsi sebagai penyimpan air sekaligus untuk irigasi pertanian serta penyedia air bersih bagi sebagian warga masyarakat Purwobinangun. Namun embung itu juga bisa dijadikan tempat perkemahan, arboretrum tanaman hutan serta objek wisata air dan wisata pendidikan.
Kalau pembangun Embung Kemiri selesai, lanjut Suharno, oleh masyarakat khususnya pemuda dan remaja bakal dimanfaatkan sebagai arena olah raga air. "Untuk menuju ke arah sana, kami telah bekerja sama dengan Pengurus Daerah Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) mempersiapkan atlet lokal Purwobinangun. Dan saat ini atlet tersebut telah mengikuti latihan," katanya.
Embung Kemiri pada saat ini terabaikan (Sumber: KR,14-11-2011)
Embung Kemiri di Kratuan, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, sejak 2008 sampai sekarang kondisinya terbengkalai. Padahal sebagai salah satu embung di lereng selatan Gunung Merapi, embung Kemiri potensial sebagai penyuplai air di DIY.
Dari pantauan KR, Minggu (13/11), kondisi embung tampak kurang terawat.
Keadaannya sangat berbeda dengan embung Tambakbayan di Kecamatan Depok, yang telah dikelola warga sekitar sebagai tempat rekreasi. Padahal embung Kemiri juga punya potensi serupa. Bahkan di tahun 2008 pernah diupayakan menjadi objek wisata baru yang cocok untuk wisata air dan wisata alam.
Permukaan air embung Kemiri sekarang ditumbuhi enceng gondok, sehingga menutupi seluruh penampakan air. Di sisi timur embung airnya bahkan surut, sehingga tumbuh rumput dan semak belukar. Dinding embung juga sudah tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar.
”Sekarang tidak ada orang yang memancing lagi di embung ini. Selain memang ada pemasangan papan larangan memancing, ikannya juga sudah tidak banyak,” ujar Agus, warga Purwobinangun.
Kepala Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman, Ir Widi Sutikno MSi, saat dikonfirmasi mengungkapkan, pengelolaan embung Kemiri merupakan kewenangan pusat, dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Dana pembangunannya juga dibiayai APBN.
”Saya kurang tahu penyebab embung tersebut kini kurang terawat dan pembangunannya terhenti. Namun sebenarnya sayang kalau tidak dilanjutkan. Sebab embung itu sangat potensial sebagai penyuplai air yang cukup besar bagi DIY,” ujar Widi.
Berdasarkan catatan KR, ada 5 embung yang berada di Kecamatan Pakem, tiga di antaranya ada di Desa Purwobinangun. Selain embung Kemiri, dua lainnya yakni embung Karanggeneng dan embung Gatep. Sedangkan embung Jurangjero masuk wilayah Desa Harjobinangun, serta Tlogoputri di kawasan wisata Kaliurang, Desa Hargobinangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar