Senin, 19 Desember 2011

Wayang Kulit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia, yang terutama berkembang di Jawa dan di sebelah timur semenanjung Malaysia seperti di Kelantan dan Terengganu. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.

Wayang kulit adalah salah satu kesenian tradisional khususnya jawa yang sudah diakui oleh bangsa sebagai budaya bangsa yang mana dalam pagelarannya mengandung unsur-unsur seni yang beragam antara lain :
- Seni Suara
 - Seni Tari
 - Seni Drama
 - dll

Saat ini seni tradisional yang masih bertahan adalah Wayang kulit sedangkan wayang orang, ketoprak, ludruk dan lainnya musnah seakan hidup segan mati tak mau.

Pemerintah dengan berbagai upaya meningkatkan dan menggalakkan kembali kesenian namun sampai saat ini belum mampu mendongkrak pementasan seni tradisional yang lainnya.

Minggu, 11 Desember 2011

Budaya Gotong Royong

Gotong Royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari jaman daulu kala hingga saat ini.Rasa kebersamaan ini muncul,karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untk meringankan beban yang sedang dipikul.Hanya di Indonesia,kita bisa menemukan sikap gotong royong ini karena di negara lain tidak ada sikap ini dikarenakan saling acuh tak acuh terhadap lingkungan di sekitarnya.

Ini merupakan sikap positif yang harus di lestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh & kuat di segala lini.Tidak hanya dipedesaan bisa kita jumpai sikap gotong royong,melainkan di daerah perkotaan pun bisa kita jumpai dengan mudah.Karena secara culture,budaya tersebut memang sudah di tanamkan sifat ini sejak kecil hingga dewasa.

 Karena ini merupakan salah satu cermin yang membuat Indonesia bersatu dari sabang hingga merauke,walaupun berbeda agama,suku & warna kulit tapi kita tetap menjadi kesatuan yang kokoh.Inilah alah satu budaya bangsa yang membuat Indonesia,di puja & puji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik & penuh toleransi antar sesama manusia.
Bangsa kita sesungguhnya adalah bangsa yang mulia, bangsa yang saling menghargai, saling mencintai, memiliki toleransi tinggi, dan memiliki sifat bergotong royong.

Gotong royong dan sikap saling menghargai sesama manusia merupakan warisan nilai budaya tinggi. Dilihat dari maknanya, gotong royong adalah nilai kultural yang berasal dari bahasa Jawa, yakni pikul atau angkat, atau sesuatu yang harus dipikul dan diangkat bersama.

Gotong royong merupakan sifat dasar yang dimiliki bangsa Indonesia dan tidak dimiliki bangsa lain di dunia. Dengan mengedepankan sikap gotong royong, akan muncul sikap tolong-menolong kepada sesama.

Tolong-menolong digerakkan oleh asas timbal balik (reciprocity). Artinya, siapa yang pernah menolong, tentu dia akan menerima pertolongan balik dari pihak yang pernah ditolongnya.

Di sinilah muncul paham kekeluargaan. Sejak dahulu, dalam kehidupan masyarakat kita, terbina suasana religius, kerukunan, gotong royong, tolong-menolong tanpa pamrih, kekeluargaan, dan solidaritas antarsesama.

Walaupun di sisi lain masih ada sebagian warga yang bersifat individualistis, hal tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dikalangan masyarakat perkotaan Tradisi bergotong royong kini mulai memudar, kebanggaan pada karya bangsa sendiri semakin pupus, dan semangat memperjuangkan kepentingan bersama semakin susah didapat, Bahkan kejujuran semakin langka, sementara egoisme kelompok semakin mewabah, begitu pula penghianatan sesama saudara sebangsa bertambah hebat.

Kondisi yang memprihatinkan itu bukan hanya untuk sekedar diratapi dan disesali, karena itu harus berfikir dan berusaha mengubahnya. Untuk itu diperlukan kembali tumbuhnya sikap kepahlawanan dari siapapun untuk mau berusaha keras mengubah situasi dan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara agar bisa menjadi lebih baik dan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan.

Keharmonisan budaya dan sikap masyarakat di masa dahulu berbeda dengan kehidupan modern saat ini, ketika budaya, sikap, dan tradisi tersebut terkikis, bahkan hilang dalam kehidupan bangsa kita.

Dari teori sosiologi, perubahan di Indonesia tidak merata, ada yang cepat ada juga yang lambat. sebagai perbandingannya adalah daerah Jawa dan Papua. seperti yang kita ketahui pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya sudah mengalami perubahan menuju manusia modern yang segala aktifitasnya ditunjang oleh berbagai teknologi canggih. Sedangkan diPapua merupakan daerah yang penduduknya kebanyakan masih memegang teguh tradisinya dan jarang dijumpai peralatan teknologi disana, terutama didaerah pedalaman.

Terkadang kita menemukan bahwa pijakan kebenaran bukan lagi diukur dari budaya kita tapi barometernya ialah budaya barat. Sekarang mari kita mencoba berlayar di tepian budaya kita, agar tahu bahwa budaya ketimuran luar biasa mengagumkan, misalnya kegiatan Gotong royong, betapa indahnya ketika mereka berjejal-jejal menghampiri suatu tempat untuk melakukan kegiatan, mereka berkomunikasi dengan sangat akrabnya, saling bertukar fikiran, setelah itu mereka bersama-sama makan dengan lahapnya.

Selasa, 06 Desember 2011

Wisata Bukit Turgo

Alamat : Turgo, Purwabinangun, Pakem, Sleman

Terletak di Padukuhan Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, dan hanya berjarak 3 Km dari Dusun Kemiri dan akses jalan pun sudah memadai. Desa wisata ini memiliki : hutan pinus, kebun bambu, kebun anggrek, rumah bekas bencana awan panas, hutan bekas pemukiman, dan sebagainya. Letaknya yang berada di lereng merapi, membuat desa ini kaya wisata alam dan sesuai untuk dikunjungi sambil menikmati keindahan panorama gunung merapi. Di selatan lereng gunung merapi, terdapat gunung turgo semilir angin yang sejuk dengan kicauan burung yang akan membawa kita pada nuansa damai dan tentram. Tracking dengan melewati hutan merapi, kita dapat melihat puing sisa rumah yang terkena awan panas dari letusan gunung merapi pada tahun 1994 dan menikmati sungai boyong yang menjadi salah satu sungai yang dilewati material letusan gunung merapi. Flora dan fauna yang dapat ditemui disini, yaitu : hutan pinus, kebun bambu, dan berbagai jenis burung yang memecahkan kesunyian hutan dengan kicauannya. Home stay tersedia bagi wisatawan yang ingin menginap dengan daya tampung 100 orang. Suasana pedesaan, kesenian tradisional, dan membuat teh secara tradisional merupakan wisata lainnya yang ditawarkan oleh desa ini.
bukit-turgo
Suasana pedesaan yang sejuk dan masih alami

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi D.I Yogyakarta

Senin, 05 Desember 2011

Embung Kemiri

embung kemiri 01.jpg










 Kedaulatan Rakyat 4 Februari 2008
Sebuah objek wisata (obwis) baru bakal muncul di Sleman. Embung Kemiri di Desa Purwobinangun Pakem saat ini terus berbenah untuk bisa menjadi objek wisata yang menawarkan perkemahan, wisata air dan wisata pendidikan.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman (Disbudpar) Sleman Drs Dwi Supriyatno MS, agar bisa menjadi objek wisata handal, Embung Kemiri masih butuh banyak sentuhan. "Kalau dilikat dari lokasi dan potensi, embung ini memang sangat potensial dijadikan objek wisata baru. Namun beberapa pembenahan tetap dibutuhkan agar bisa dijual," ujarnya pada KR, Sabtu (2/2).
Lurah Desa Purwobinangun Suharno menuturkan, sebagai kawasan resapan air hujan dan kawasan penyedia air bagi kawasan di bawah, untuk jangka dekat tidak bisa hanya mengandalkan upaya reboisasi hutan dan kawasan yang gundul. Dengan demikian diperlukan upaya lain yang dapat menunjang fungsi kawasan. "Atas seizin Gubernur DIY melalui Bupati Sleman, pemerintah desa Purwobinangun menyediakan lahan kurang lebih 1 hektar untuk dibangun embung. Pembangunan Embung Kemiri telah dimulai sejak tahun anggaran 2006 oleh pemerintah dengan lokasi di Ledhok Tangkil. Dana yang telah dikucurkan sekitar Rp 2,7 miliar," ujarnya. 
Embung Kemiri tersebut, nantinya berfungsi sebagai penyimpan air sekaligus untuk irigasi pertanian serta penyedia air bersih bagi sebagian warga masyarakat Purwobinangun. Namun embung itu juga bisa dijadikan tempat perkemahan, arboretrum tanaman hutan serta objek wisata air dan wisata pendidikan.
Kalau pembangun Embung Kemiri selesai, lanjut Suharno, oleh masyarakat khususnya pemuda dan remaja bakal dimanfaatkan sebagai arena olah raga air. "Untuk menuju ke arah sana, kami telah bekerja sama dengan Pengurus Daerah Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) mempersiapkan atlet lokal Purwobinangun. Dan saat ini atlet tersebut telah mengikuti latihan," katanya.    


Embung Kemiri pada saat ini terabaikan (Sumber: KR,14-11-2011)
Embung Kemiri di Kratuan, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, sejak 2008 sampai sekarang kondisinya terbengkalai. Padahal sebagai salah satu embung di lereng selatan Gunung Merapi, embung Kemiri potensial sebagai penyuplai air di DIY.
Dari pantauan KR, Minggu (13/11), kondisi embung tampak kurang terawat. 

Keadaannya sangat berbeda dengan embung Tambakbayan di Kecamatan Depok, yang telah dikelola warga sekitar sebagai tempat rekreasi. Padahal embung Kemiri juga punya potensi serupa. Bahkan di tahun 2008 pernah diupayakan menjadi objek wisata baru yang cocok untuk wisata air dan wisata alam.
Permukaan air embung Kemiri sekarang ditumbuhi enceng gondok, sehingga menutupi seluruh penampakan air. Di sisi timur embung airnya bahkan surut, sehingga tumbuh rumput dan semak belukar. Dinding embung juga sudah tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar.
”Sekarang tidak ada orang yang memancing lagi di embung ini. Selain memang ada pemasangan papan larangan memancing, ikannya juga sudah tidak banyak,” ujar Agus, warga Purwobinangun.
Kepala Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman, Ir Widi Sutikno MSi, saat dikonfirmasi mengungkapkan, pengelolaan embung Kemiri merupakan kewenangan pusat, dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Dana pembangunannya juga dibiayai APBN.
”Saya kurang tahu penyebab embung tersebut kini kurang terawat dan pembangunannya terhenti. Namun sebenarnya sayang kalau tidak dilanjutkan. Sebab embung itu sangat potensial sebagai penyuplai air yang cukup besar bagi DIY,” ujar Widi.
Berdasarkan catatan KR, ada 5 embung yang berada di Kecamatan Pakem, tiga di antaranya ada di Desa Purwobinangun. Selain embung Kemiri, dua lainnya yakni embung Karanggeneng dan embung Gatep. Sedangkan embung Jurangjero masuk wilayah Desa Harjobinangun, serta Tlogoputri di kawasan wisata Kaliurang, Desa Hargobinangun.    

  

Jumat, 02 Desember 2011

Produk Kerajinan Beton Non Pasir






Tidak ada bahan (material) yang ada di dunia ini yang tidak dapat dimanfaatkan. Setiap bahan pasti dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan kelasnya. Berawal dari hal inilah maka Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM khususnya di Laboratorium Bahan Bangunan, beberapa tahun terakhir telah melakukan berbagai penelitian tentang  bahan dasar bangunan yaitu beton non pasir. Beton non pasir yang telah dikembangkan selama kurun 20 tahun ini telah disebarluaskan di beberapa wilayah seperti Kemiri Purwobinangun (Sleman), Purwoharjo (Kulon Progo), Pleret (Bantul), dan Planjan (Gunungkidul). Pengembangannya telah dilakukan oleh beberapa UKM maupun melalui mahasiswa KKN. Sebelum mulai banyak dikembangkan, beton non pasir juga telah melalui penelitian di laboratorium dan uji di lapangan. Ia mencontohkan pembuatan bata dari beton non pasir (Batagama) di Dusun Jambon, Bawuran, Pleret, Bantul, struktur beton non pasir bertulang untuk bangunan gapura di Dusun Kemiri dan Perumnas Condongcatur, buis beton sumur resapan, perkerasan jalan lingkungan dan barang kerajinan.
Beberapa kerajinan seperti pot, meja taman, asbak dll telah dikembangkan di Dusun Kemiri Purwobinangun Pakem. Bapak Poniman adalah salah satu perajin yang saat ini masih bertahan mengembangkan usaha kerajinan ini. kendala pada saat ini adalah dalam hal pemasaran. walaupun sudah sering dipamerkan dalam acara pameran potensi daerah namun itu belum cukup untuk mengenalkan produk kerajinan andalan dari Kemiri ini kepada masyarakat umum.
Mungkin dari anda ada yang berminat dengan produk kami bis amenghubungi  (Bp. Poniman) dengan alamat: Dusun Kemiri Rt.04 Rw.08 Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta. Telp ;02746578199

Salak Pondoh

Inilah salak pondoh yang sudah dipetik dari kebun di wilayah Kemiri terlihat segar dan menggiurkan lidah rasanya sudah tak sabar untuk mencicipi buah salak ini dan tentunya tidakkalah lezat dari slak yang ada di wilayah Turi maupun Nglumut.
Buah salak pondoh yang asli daging berwarna putih dan walaupun masih muda rasanya manis tidak terasa sepet .
Perkebunan salak yang dikelola secara baik banyak terdapat didaerah lereng gunung merapi .

Kamis, 01 Desember 2011

Kesenian "WAYANG WONG"


Wayang orang adalah salah satu kesenian yang sampai saat ini masih dilestarikan di Dusun Kemiri Purwobinangun Pakem walaupun intuk intensitas pertunjukan sudah muali menurun. Wayang orang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/ dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.