Rabu, 30 November 2011

Sekilas Tentang Kemiri

Kemiri merupakan salah satu Padukuhan yang ada di Sleman Yogyakarta tepatnya berada di Kecamatan pakem Desa Purwobinangun. Letak Kemiri hanya berjarak 9 km dari puncak Merapi berada pada ketinggian 900 M dpl sehingga memiliki hawa pegunungan yang sejuk dan dingin.
 Di sebelah utara, berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Merapi dan Dusun Wisata Turgo, di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Boyong, di sebelah barat berbatasan dengan Dusun Ngepring, Dusun Kratuan dan Dusun Ngelosari, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Tawangrejo. Secara administratif, terbagi atas 3 wilayah RW dan 6 RT. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun terutama salak Pondoh Sleman dan tidak sedikit pula yang beternak (Sapi perah, kambing, ayam kampung, ayam potong)



Dusun Kemiri memiliki potensi kebudayan tradisional yang masih terus dilestarikan di antaranya Wayang Orang, Kethoprak, Karawitan, Jathilan, Angguk Kipas. Kearifan lokal pun masih tetap dipertahankan demi nilai-nilai luhur budaya (kenduri, tahlilan, sedekahan, wagenan, gotong royong, nyadran)

Bagian utara merupakan lereng gunung Merapi yang memiliki banyak potensi sumber air. Di lereng selatan Gunung Merapi terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian dari kawasan wisata Kaliurang yang sangat indah untuk dinikmati sebagai obyek fotografi.












Data Perangkat Dusun : 
Dukuh : Drs. Parjiyono
Ketua LPMD : Ir. Soeradiyono
Ketua PKK : Siti Arsiyah
Takmir : Kasdi Soemarto
Mbah kaum : Sudiharjo
Ketua Pemuda : Purnomo. Rhay
Ketua Rw.07 Muji Susanto, Rw.08 Dwjo Winarno, Rw.09 Kristiyanto
Ketua Rt.01 Sarwidi, Rt.02 Watono Raharjo, Rt.03 Supriyanto, Rt.04 Poniman, Rt.05 Sutarto, Rt.06 Widyo Raharjo
Ketua Grup Jathilan : Subardi (kore)
Ketua Grup Angguk : Muhadi Suwarno
Ketua Grup Kethoprak : .......?
Ketua Grup Wayang : .........?

Museum Gunung Api Merapi

Museum Gunung Api Merapi (MGM), yang digadang menjadi geo-wisata di DIY diharapkan menjadi wahana edukasi konservasi yang berkelanjutan serta pengembangan ilmu kebencanaan gunungapi, gempabumi, dan bencana alam lainnya.

 Lokasi MGM terletak di kawasan lereng Merapi, tepatnya di Jalan Boyong, Dusun Banteng, Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Dari Dusun Kemiri menuju arah timur sejauh 2 Km.
Dengan luas bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektar, museum yang ke depan juga akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin dikenal masyarakat sebagai ‘Museum Gunungapi Merapi, Merapi Jendela Bumi’.
Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana geologi lainnya.

Informasi yang disampaikan di museum gunungapi diantaranya:

1. Informasi ilmiah kegunungapian, kegempaan dan gerakan tanah yang merupakan proses dinamika geologi, dicerminkan diantaranya dalam informasi model pembentukan, mekanisme terbentuknya maupun proses-proses yang menyertainya.
2. Informasi fenomena gunungapi terbentuk sebagai hasil proses-proses geologi, yang tampil dipermukaan bumi diantaranya berupa bentang alam gunungapi, struktur geologi gunungapi, produk hasil letusan gunungapi, dan produk-produk hasil proses lainnya.
3. Informasi mitigasi bencana gunungapi, gempabumi, tsunami, gerakan tanah yang ditampilkan dalam bentuk informasi sistem monitoring, penelitian dan pengamatan, sistem peringatan dini, dan upaya mitigasi bencana diantaranya menyangkut sistem penyelamatan masyarakat terhadap ancaman bahaya letusan gunungapi, kegempaan dan gerakan tanah.
4. Informasi sumberdaya gunungapi, sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, pengembangan infra-struktur dan lainnya.
5. Informasi aspek sosial budaya diantaranya menyangkut kehidupan, budaya/tradisi, mitos dan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan dan keberadaan suatu gunungapi.

Gerakan Penghijauan Pasca Erpsi 2010

Dalam rangka mendorong semangat kebersamaan dan tekat yang kuat dari segenap unsur masyarakat untuk perbaikan lingkungan perlu dilakukan penanaman serentak sebagai langkah awal dimulainya kegiatan penanggulangan pemanasan global. Di Kabupaten Sleman acara pencanangan gerakan penghijauan Senin, 28 Nopember 2011 dengan gerakan penanaman di padukuhan Balong dan Gondang Umbulharjo Cangkringan dengan pertimbangan bahwa upaya konservasi perlu dilakukan  diwilayah resapan air bagian atas dari wilayah Kabupaten Sleman pasca erupsi Merapi, agar kebutuhan air masyarakat di wilayah Sleman, Kota Yogyakarta dan Bantul dapat terpenuhi dengan baik. 
Acara dihadiri pula oleh DANREM 072 Pamungkas Kol Kav Sumedy, SE., Ketua DPRD Sleman, Dandim, Kapolres, Kepala Dinas dan pejabat Sleman lainnya, kalangan swasta, Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa, kelompok tani, warga setempat dan didukung unsur TNI dan Polri. Acara dikemas dalam Gerakan Penghijauan dalam rangka Puncak Acara Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN)ke-51,  HUT KORPRI ke-40 dan Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon.
Danrem 072 Pamungkas mengatakan jajarannya telah menyiapkan 20 ribu tanaman untuk ditanam diwilayah Sleman khususnya lereng Merapi dan anggotanya telah siap untuk menanamnya bersama masyarakat untuk menghijaukan merapi dan diharapkan di lereng Merapi ini dapat menjadi sentra buah-buahan seperti durian, mangga, rambutan dll.
Bupati, Danrem, Kapolres, Dandim serta pejabat mengawali menanam pohon monumental yakni gayam, beringin, kenanga, kanthil, kepel dan sawo kecik dan juga dilakukan pelepasan burung, selanjutnya diikuti segenap eleman PNS, TNI, POLRI, Pelajar, masyarakat sekitar 1000  orang dengan menanam 6.170 batang tanaman meliputi mahoni, sengon, jati, jabon, mangga, rambutan, pete, durian dan akasia.
Dalam kesempatan ini Bupati Sleman mengatakan akibat erupsi Merapi merapi pada tahun 2010 yang lalu, di kawasan lereng Merapi telah kehilangan kawasan hutan seluas 840 ha hutan rakyat dan 1000 ha kawasan TNGM mengalami kerusakan. Hal ini sudah barang tentu sangat mempengaruhi kualitas lingkungan di Kabupaten Sleman pada khususnya dan DIY pada umumnya, terlebih Kabupaten Sleman merupakan hulu wilayah Prop DIY yang menjadi tumpuan sumber air bersih masyarakat DIY. Terlebih lagi pasca erupsi, kita kehilangan 20% tangkapan air di daerah resapan air. Melalui gerakan penghijauan yang dilakukan secara berkesinambungan diharapkan dapat mengembalikan hilangnya tangkapan air tersebut. Selain itu kebijakan untuk mengganti setiap pohon yang ditebang dengan menanam 10 pohon harus terus dilakukan. Regulasi ini diterapkan bagi siapa saja yang menebang pohon di area publik.
Pasca erupsi Merapi sebenarnya cukup tinggi kepedulian masyarakat untuk mengembalikan kehijauan lereng merapi. Begitu kawasan bencana  erupsi Merapi dapat dikunjungi Masyarakat pada akhir tahun 2010, begitu banyak masyarakat yang berkunjung ke kawasan daerah bencana membawa bibit dan bahkan banyak langsung melakukan penanaman tanpa memahami kondisi lahan yang akan ditanami. Akibatnya tidak sedikit  tanaman yang gagal untuk hidup. 
Oleh karena itu, diharapkan masyarakat ataupun institusi yang melakukan gerakan penghijauan ataupun penanaman di lereng Merapi untuk selalu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan khususnya bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selain agar pohon yang ditanam memiliki kesesuaian dengan kondisi lahan, juga agar penanaman dilakukan pada lahan yang benar-benar bisa ditanami. Terlebih lagi, belum semua lahan di wilayah lereng Merapi pasca erupsi ini siap ditanami dengan pohon-pohon.
Bupati menambahkan senang melihat orang banyak yang menanam pohon itu merupakan tindakan yang sangat baik untuk menghijaukan lereng Merapi namun akan lebih baik lagi bila ada orang yang memelihara pohon yang telah ditanam maupun melakukan pendampingan terhadap tanaman agar tumbuh lebih baik. Bila musim hujan dipelihara dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh disekelilingnya dan bila musim kemarau dengan melakukan penyiraman sehingga pohon yang ditanam lebih banyak yang hidup secara mandiri.

Pariwisata Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta, atau biasa disebut Jogja, adalah satu dari tempat-tempat pusat kebudayaan di Jawa. Terletak di kaki Gunung Merapi, Yogyakarta pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam pada sekitar abad 16 dan 17. Dari Kerajaan Mataram inilah kebudayaan tradisional Yogyakarta yang diketahui saat ini berasal. Propinsi ini memiliki karisma tertentu yang selalu mempesona setiap orang yang mengunjunginya.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga merupakan daerah berpenduduk terpadat di Indonesia. Yogyakarta didirikan pada 1755, ketika terjadi pemisahan Kerajaan Mataram menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (biasa disebut Solo oleh masyarakat Jawa). Kesenian gamelan, tari-tarian klasik dan modern Jawa, dan juga wayang kulit, adalah beberapa dari daya tarik budaya yang dimiliki oleh Yogyakarta, yang akan sulit dilupakan oleh mereka yang pernah menyaksikannya. Para perajinnya pun handal dalam seni batik, kerajinan perak, dan kulit.
Kraton adalah pusat kehidupan tradisional masyarakat Yogyakarta yang akrab disebut Jogja ini. Di dalam pesatnya modernisasi, Kraton Kesultanan Yogyakarta selalu membawa semangat perubahan dan pembaharuan bagi kebudayaan Yogyakarta selama berabad-abad. Disamping kesenian klasiknya, Kesenian kontemporer seakan menemukan lahan yang subur di dalam masyarakat Yogya yang berorientasi budaya. ASRI atau Akademi Seni Rupa Indonesia adalah pusat dari kesenian di propinsi ini. Akademi ini adalah tempat penting bagi perkembangan seni lukis modern di Indonesia, yang antara lain diwakili oleh almarhum Affandi, salah satu impresionis terbaik yang dimiliki oleh Indonesia.
Terbentang dari Gunung Merapi ke Samudera Hindia, Jogja adalah gerbang utama menuju ke pusat Pulau Jawa. Akses udara, menuju propinsi ini dapat dilakukan dari Jakarta, Surabaya, maupun Bali. Tersedia juga layanan kereta api dan jalan raya bagi yang memilih transportasi lewat darat.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah yang relatif kecil dan sempit, tetapi kaya akan seni dan budaya yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Itulah sebabnya sebagian orang mengakui bahwa Yogyakarta merupakan tempat lahirnya budaya Jawa.
Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam.

Kaliurang

Obyek Wisata Kaliurang Yogyakarta
Jika anda mencari tempat liburan yang bernuansa kesejukan dan keindahan alam, mungkin anda bisa mencoba mengunjungi obyek wisata Kaliurang di Yogyakarta. Ada beberapa tempat yang memberikan sisi keindahan yang berbeda- beda. Kaliurang sendiri berbentuk seperti sebuah komplek yang sisi kanan dan kirinya masih dikelilingi hutan yang begitu luas dan indah. Ada sebuah tempat dimana kita bisa memandang keindahan Kaliurang, yaitu gardu pandang yang hanya terpisah dari Dusun Kemiri oleh sungai Boyong.

Masih disekitar Kaliurang ada tempat lain yang cukup indah dan pantas dikunjungi yaitu kali kuning. Disana anda dapat berjalan jalan menyusuri sungai kecil yang jernih dan bersih. Terkadang kita tidak akan merasa lelah ketika kita berjalan jalan di tempat seperti itu. Atau jika anda ingin melihat bekas larva 2007, anda bisa mampir di kaliadem. Disana anda akan disuguhi pemandangan berupa bekas keperkasaaan merapi berupa sungai besar yang tertutupi pasir ( bekas erosi merapi).
Daerah Kaliadem dulunya merupakan daerah wisata sungai yang menjanjikan keindahan dan keasrian alam pegunungan dengan aliran air sungai yang jernih dan dingin. Kini daerah wisata Kaliadem tersebut telah berubah nama menjadi daerah wisata LAVA TOUR ex-Kaliadem. Akibat letusan gunung Merapi kala itu, daerah ini tertimbun dengan material Lava gunung Merapi.
Banyak rumah-rumah tertimbun material Lava tersebut, dan daerah Kaliadem ini pun bagaikan hilang tenggelam dikubur Lava. Meskipun begitu, kita tetap bisa berkunjung ke sana untuk bisa mengetahui jejak-jejak aliran Lava Merapi dengan latar belakang Gunung Merapi yang nampak begitu eksotik. Keadaan di sana pun tetap dibiarkan apa adanya sejak kejadian meletusnya gunung Merapi tersebut.
Untuk bisa mengakses daerah Lava Tour ini, kita diwajibkan membayar 5000 rupiah per orang. Selain itu di sini juga tidak terdapat banyak fasilitas-fasilitas obyek wisata pada umumnya, semua benar-benar dari alam. Obyek wisata Kaliurang merupakan daerah lereng merapi, oleh karena itu obyek wisata yang satu ini merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki hawa dingin dan sejuk. Bisa dikatakan Kaliurang ini merupakan “PUNCAK”-nya kota Yogyakarta, dengan lokasi yang cukup dekat, hanya sekitar 40-60 menit perjalanan dari kota Yogyakarta.
Keunikan dari Kaliurang yang lain adalah, di sini jalan-jalan raya (aspal) yang bisa dilalui oleh mobil terdapat banyak cabang yang semuanya saling terhubung antara satu sama lainnya, sehingga kita bisa menghabiskan waktu dengan sekadar memutari jalan-jalan di daerah wisata ini. Selain itu, di sini juga banyak terdapat villa-villa maupun penginapan dengan harga yang variatif, mulai dari 40 ribuan hingga ratusan ribu per malam, tergantung fasilitas dan lokasi yang ditawarkan.

Kraton Yogyakarta

Kraton Yogyakarta adalah obyek utama di Kota Yogyakarta. Bangunan Bersejarah yang merupakan istana dan tempat tinggal dari Sultan Hamengku Buwana dan keluarganya ini berdiri sejak tahun 1756. Kraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan budayanya menjadi ruh kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kraton Yogyakarta juga menjadi obyek wisata utama di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan bangunannya maupun adat istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat ini Kraton Yogyakarta ditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang menjadi raja sekaligus gubernur di Yogyakarta.

Abdi Dalem Kraton Yogyakarta

Abdi dalem ini identik dengan sorjan yang dipakainya. Dalam acara tertentu terutama ketika ada acara yang menyangkut budaya Yogyakarta, para abdi dalem pasti akan terlihat berbeda dengan warga biasa. Ynag membedakan itu adalah surjan yang dipakainya.

Kamis, 17 November 2011

Kegiatan Kesenian Angguk Kipas



Peringatan berdirinya Keraton Yogyakarta digelar di TMII

 Peringatan berdirinya Keraton Yogyakarta atau "Hadeging Nagari Ngayogyakarta" ke-264 tahun 2011 bakal digelar di anjungan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta pada Minggu 13 November 2011.
"Salah satu kegiatan untuk mendukung acara tersebut adalah `Gelar Seni Budaya Yogyakarta` yang menampilkan kirab dan pagelaran seni dari prajurit kraton, prajurit pakualaman dan kesenian dari kabupaten/kota se Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Edy Winarta, Kamis.

Menurut dia, dalam kesempatan tersebut kontingen Kabupaten Sleman akan menampilkan tarian garapan dengan judul "Greget Kuntul" dari Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.

"Kontingen Sleman tersebut melibatkan sebanyak 45 orang yang terdiri atas 14 penari, 18 bregada prajurit (pasukan tradisonal), 10 pemusik dan dua orang pendamping," katanya.

Ia mengatakan, tarian garapan berjudul "Greget Kuntul" berpijak pada kesenian tradisional "Angguk Kipas" yang pada saat ini berkembang di dusun Kemiri, Purwobinangun Pakem.


"Angguk Kipas merupakan seni tradisional kerakyatan yang bernapaskan agama Islam yang dikembangan masyarakat yang berasal dari Dusun Kemiri Purwobinangun Pakem Sleman Yogyakarta" kata Parjiono selaku tokoh masyarakat setempat.

Parjiono mengemukakan, seni pertunjukan ini pada awalnya hanya dimainkan oleh beberapa anak muda laki-laki yang menari dan menyanyi.

"Namun pada perkembangannya saat ini para gadis juga mulai turut berperan dan banyak yang tertarik untuk ikut menari dan menyanyi," katanya.

Ia mengatakan, untuk instrumen musik yang banyak digunakan adalah terbang, kendang, jidor yang disertai dengan syair-syair nyanyian dari Kitab Barzanji.